Gerakan Literasi Sekolah di SD

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya tumbuh sebagai pembelajar (literat) sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.

Lalu, seperti apakah sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang literat?
Sekolah yang menyenangkan dan ramah anak dimana warganya menunjukkan empati, kepedulian, semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan, cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya.



Dan juga, apakah itu pelibatan publik?

Adalah peran serta warga sekolah (guru, kepala sekolah, peserta didik, orang tua, tenaga pendidikan, pengawas sekolah, dan komite sekolah), akademisi, dunia usaha dan industri, serta pemangku kepentingan dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.





Mengapa sekolah perlu melibatkan publik?

  1. Pengembangan sarana literasi membutuhkan sumber daya yang memadai. Partisipasi komite sekolah, orang tua, alumni, dan dunia bisnis dan industri dapat membantu memelihara dan mengembangkan sarana   sekolah agar capaian literasi peserta didik dapat terus ditingkatkan.
  2. Dengan keterlibatan semakin banyak pihak, peserta didik dapat belajar dari figur teladan literasi yang beragam.
  3. Ekosistem sekolah menjadi terbuka dan sekolah mendapat kepercayaan yang semakin baik dari orang tua dan elemen masyarakat lain.
  4. Sekolah belajar untuk mengelola dukungan dari berbagai pihak sehingga akuntabilitas sekolah juga akan meningkat.
Bagaimana cara melibatkan publik?

  1. Memulai dengan kalangan terdekat yang memiliki hubungan emosional dengan sekolah, misalnya komite sekolah, orang tua, dan alumni.
  2. Melibatkan komunitas tersebut dalam perencanaan awal program dan membangun partisipasi dan rasa memiliki terhadap program.
  3. Melibatkan Komite Sekolah, orang tua, dan alumni sebagai relawan membaca 15 menit sebelum pelajaran.
  4. Membuat kegiatan-kegiatan untuk menyambut kedatangan alumni  ke sekolah.
  5. Apabila kegiatan telah berjalan, sekolah perlu menyampaikan apresiasi dengan mencantumkan nama donatur (misalnya, dalam property prasarana seperti perabotan, buku, dan lain-lain atau buletin atau majalah dinding sekolah) atau mengundang mereka dalam kegiatan dan seremoni sekolah.
  6. Menjaga hubungan baik dengan alumni dan pelaku dunia bisnis dan industri melalui sosial media atau media interaksi sosial lainnya.

Gerakan Literasi Sekolah memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana tertuang dalam Permendikbud nomor 23 tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. 

Target Pencapaian Pelaksanaan GLS di SD
Gerakan Literasi Sekolah di SD ditargetkan untuk dapat menciptakan ekosistem pendidikan di SD yang literat. Ekosistem pendidikan yang literat adalah lingkungan yang:

  1. menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar;
  2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;
  3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;
  4. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya; dan
  5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkungan eksternal SD.

0 Komentar untuk "Gerakan Literasi Sekolah di SD"

Back To Top